SEJARAH ISLAM MASA
KHALIFAH ABU BAKR ASH-SHIDDIQ
1.
Kronologi
Ringkas[1]:
632
M:
·
Peristiwa Tsaqifah Banu
Saidah dan pembaiatan Abu Bakar.
·
Usamah memimpin
ekspedisi Mu’tah, kawasan Syria.
·
Perang Zu Qissa dan
Perang Abraq, melawan pembangkang “zakat”.
·
Perang Buzakha, Perang
Zafar dan Perang Naqra.
·
Konsolidasi dalam
rangka perlawanan Banu Tamim dan Musailimah.
633
M:
·
Perlawanan pada
Bahrayn, Oman, Mahrah, Yaman, dan Hadramawt.
·
Dimulainya penyergapan-penyergapan
(ghazwah) di Irak.
·
Hirah, ibukota lama
Sasani, yang dibentengi sungai Eufrat, direbut.
·
Perang-perang Kazima,
Mazar, Walaja, Ulleis, Hirah, Anbar, ‘Ain at-Tamr, Daumatul Jandal, dan Firaz,
yang menolak otoritas Madinah.
634
M:
·
Perang-perang Basra,
Damaskus, dan Ajnadin.
·
Wafat Abu Bakar.
2.
Abu
Bakr sebelum menjadi Khalifah[2].
·
Dilahirkan
dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah, ayahnya bernama Abu Quhafah, sedangkan
ibunya Ummu al-Khair.
·
Berasal
dari Banu Taim ibn Murrah yang diserahi tugas menarik denda masyarakat Quraisy.
·
Ketika
remaja mendapat julukan atiq karena
kulitnya putih bersih. Sedangkan nama Abu Bakar masih belum jelas asal usulnya.
·
Karakter:
lemah lembut, tidak tegaan, dermawan.
·
Track
Record:
a)
Sahabat
Nabi sejak kecil, dan Nabi menyebut sahabat sejati (khalil) saat di Madinah.
b)
Orang
yang pertama kali masuk islam, golongan assabiqunal awwalun, dan darinya
kemudian mengajak Utsman bin affan dan sahabat-sahabat assabiqunal awwalun yang
lainnya (Abdurrahman bin Auf, Talhah, Zubair bin Awwam, Abu Ubaidah al-Jarrah).
c)
Dipercaya
menjadi pemimpin Banu Taim bin Murrah, sehingga Abu Bakarlah yang meneruskan
pengelolaan denda di Quraisy.
d)
Orang
yang membenarkan Isra’.
e)
Saudagar
yang kaya, tapi dermawan (membebaskan beberapa budak).
f)
Mertua
Nabi, karena Nabi menikahi anaknya Aisyah.
g)
Orang
yang bersama Nabi saat Hijrah.
h)
Mengikuti
perang-perang penting.
i)
Menggantikan
Nabi menjadi Imam saat Nabi sakit.
3.
Proses
terpilihnya Abu Bakr di Tasqifah Banu Saidah.
·
Saat
Rasulullah meninggal 12 Rabiul Awwal, awal tahun 11 H (3 Juni 632 M), Aisyah
beserta istri-istri Nabi, Ali bin Abi Thalib, Abbas, dan beberapa saudara Muhammad di rumah Aisyah.
·
Abu
Bakar yang mengetahui berita tsb langsung menuju rumah Aisyah dari rumahnya di
Sunuh.
·
Berita
kematian Rasulullah tersebar dikalangan umat islam.
·
Mendengar
berita kematian Nabi Muhammad, Umar kemudian menolak berita kematian tersebut,
dia mengatakan Muhammad hanya pergi sementara seperti Musa pergi menemui
Tuhannya dan akan kembali, serta mengancam akan memenggal orang yang mengatakan
Nabi meninggal.
·
Abu
Bakar mendengar hal itu langsung memperingatkan Umar dengan QS. 3:144, kemudian
Umar tersadar.
·
Muncul
berita bahwa orang-orang Anshar lagi
berkumpul di Tsaqifah Banu Saidah (balai pertemuannya Banu Saidah) hendak
memilih pemimpin, dan Sa’d bin Ubadah (pemimpin suku Aus) yang sedang sakit
menjadi calon terkuatnya. Mendengar hal itu Abu Bakar yang sedang dirumah
Rasulullah segera menuju tempat tersebut.
·
Terjadilah
proses dialektika pemilihan pemimpin di tasqifah Banu Saidah tsb[3]:
a)
Inti
pidato Sa’ad ibn Ubadah:
Nabi mengajak orang Makkah, hanya sedikit yang
mengikutinya. Di Madinah-lah Nabi dan para pengikutnya mendapatkan perlindungan
dan pertolongan, ini menyebabkan Anshâr menjadi yang termulia, paling bermartabat
dan harus didahulukan daripada Muhâjirûn.
Akhirnya, kekuasaan tidak boleh dilepaskan dari Anshâr.
b)
Inti
pidato Abu Bakar:
Tak
boleh ada dua pimpinan dalam satu komunitas, maka kalau Muhâjirûn memegang
kekuasaan, tidak bisa tidak, Anshâr pasti akan dilibatkan.
c)
Salah
seorang Anshâr:
Kami adalah para penolong Allah (Anshârullah) dan pasukan
Islam, dan kalian dari golongan Muhâjirûn sekelompok kecil, datang kemari
mewakili golongan kalian. Tetapi, ternyata sekarang tuan-tuan mau mengambil hak
kami secara paksa.
d)
Inti
pidato Hubab ibn al-Munzir ibn al-Jamuh:
Menghimbau orang Anshar untuk mempertahankan hak
kekuasaan mereka, karena mayoritas Madinah
mendukung mereka. Ia lalu mengajukan kompromi dari ‘Aws.
Seperti sudah kita lihat: kompromi ini pasti tidak masuk
di akal Abu Bakar, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan Umar yang memahami maksud Nabi:
kesatuan komunitas Islam, dalam arti gagasan inti
religius dan politis!
e)
Lalu,
muncullah argumen paling meyakinkan dari Abu Bakar:
~
Menekankan
kesatuan politis umat Islam seperti diteladankan oleh Nabi. Ada tujuan yang
belum tuntas: kelestarian dan penyebaran risalah Allah!
~
Dua
pemimpin akan membuyarkan cita-cita Nabi, seseorang yang 10 tahun belakangan
ini menjadi panutan mereka.
~
Akankah
ini akan dibuyarkan begitu saja, sesaat setelah Nabi wafat? Tidak boleh!
~
Dari
segala orang Arab, Quraisy adalah suku yang paling dihormati, baik karena
peradaban kotanya, kekayaannya, atau karena kewibawaan dan kecerdasan para
pemukanya.
~
Tanggung
jawab itu, diakui atau tidak, merupakan beban bagi Quraisy pengikut sejati
Nabi. Jadi, bukan persoalan ambisi!
~
Jadi,
kenyataan sosial, humanisme kesukuan dan “mindset keutamaan” Arab-lah yang
menghendaki hal semacam itu.
~
Lalu,
bagaimana mungkin Arab akan mengikuti Anshâr, kalau di negeri mereka sendiri,
Madinah, sejumlah segi penting kehidupan mereka dikuasai orang lain (Yahudi)
sebelum kedatangan Nabi?
~
Kekuasaan
Madinah hanya dapat diakui oleh orang Arab lain kalau kendalinya berada di
tangan orang Quraisy; dan dengan itu, Madinah dapat berusaha memaksakan
ketundukan pada seluruh Arab.
~
Argumen
ini demikian meyakinkan mayoritas Anshâr yang hadir.
~
Pemuka
Khazraj lain, Basyir ibn Sa’ad Abu Nu’man segera mendukung argumen-argumen ini;
diikuti oleh pemuka ‘Aws, Usaid ibn Hudzair juga mendukung, tapi dengan
pertimbangan agak lain:
“Sekali Khazraj memerintah kita, maka akan tetap mereka
mempunyai kelebihan atas kita, dengan mereka samasekali kita tidak akan
mendapat hak apa-apa.”
~
Lalu
Umar membaiat Abu Bakr terlebih dahulu dan menunjukkan beberapa keunggulan
politis Abu Bakr, diikuti oleh Abu Ubaidah, dan kemudian orang-orang anshar.
~
Sa’ad
ibn Ubadah tetap menolak; namun, saat itu mayoritas yang hadir sudah
dimenangkan hatinya oleh Abu Bakar.
Tampaklah bahwa pembai’atan kepada Abu
Bakar bukan tindakan tanpa pikir, tetapi argumentasi meyakinkan menyangkut
“struktur nalar kepemimpinan Arab” yang disampaikan dengan kata-kata yang
lembut dan santun dan mengena itu, membuat tak ada tokoh lain di seantero
Muhâjirûn yang lebih layak daripadanya.
·
Pembaiatan
kemudian diikuti oleh semua orang baik Muhajirin dan Anshar, namun Sa’d bin
Ubadah tetap tidak mau membaiat karena masih kuat menginginkan kepemimpinan ada
disisinya.
·
Setelah
itu mereka ikut memakamkan Rasulullah.
·
Reaksi
beberapa orang elit saat itu:
~
Baiklah
disinggung dulu reaksi Abu Sufyan, dia terkejut karena yang dipilih adalah Abu
Bakar, bukan kalangan keluarga Nabi atau Banu Hasyim. Hal ini sangat wajar
dikarenakan dia sebelum itu adalah pemimpin Quraisy dan seorang mukallaf (baru
masuk islam).
~
Demikian
pula dengan Abbas, paman Nabi, yang rupanya menginginkan Ali menduduki jabatan
itu. Dirinya sendiri, jelaslah umum mengetahuinya sebagai seorang “mu‘allaf”
pula, meski ia adalah pimpinan Banu Hasyim di Makkah.
~
Yang
justru menarik adalah Ali, tampaknya ia pun menginginkan jabatan itu untuk
dirinya sendiri. Ia adalah pimpinan Banu Hasyim di Madinah.
~
Dan
memang Banu Hasyim secara mutlak di belakangnya; misalnya;
o Fathimah tak pernah membai’at Abu Bakar; setelah wafatnya
istrinya itu, 6 bulan kemudian, baru Ali membai’atnya;
o beberapa Banu Hasyim terus-menerus berunding di rumah Ali
berkaitan dengan bai’at pada Abu Bakar.
·
Walaupun
demikian, akhirnya orang-orang akhirnya membaiat Abu Bakr dan mentaatinya sebagai
seorang pemimpin sampai Abu Bakr wafat[4].
4.
Setelah
dibaiat, lalu Abu Bakr Ash-Shiddiq menyampaiakan Pidato politik. Yang pada
intinya:
·
Menunjukkan bahwa masih
banyak orang yang lebih baik dari dia.
·
Meminta kerjasama dari
semua umat islam, dan mengingatkannya agar senantiasa lurus.
5.
Abu Bakr meneruskan
kebijakan Nabi Muhammad sebelumnya yakni perang melawan romawi, yang dipimpin
oleh Usamah bin Zaid yang masih sangat muda, Khalifah memberikan kebijakan
meneruskan apa-apa yang sudah ditetapkan Nabi sebelumnya, dengan tidak mau
mengganti panglima perangnya, walaupun beberapa sahabat termasuk Umar bin
Khattab tidak sepakat, dengan dalih “saya
tidak akan pernah merubah apa yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya”.
Pasukan ini kemudian berangkat melawan pasukan Romawi dalam perang Mu’tah II, dan
akhirnya berhasil membuat pasukan Romawi mundur.
6.
Munculnya gerakan dari
beberapa kabilah dan suku-suku Arab yang tidak mau untuk membayarkan zakatnya
ke Medinah, walaupun mereka masih tetap menerima islam (bersyahadat)[5].
·
Kelompok-kelompok
penolak zakat diantaranya;
~ Suku Bangsa Abes, Dzubyan, dan suku-suku lain disekitar
Madinah.
~ Didukung oleh suku Kinanah, Ghatafan, dan Fazarah.
·
Sebab
menolak zakat;
~ Menganggap setelah Nabi Wafat maka tidak ada aturan untuk
membayar zakat kepada Abu Bakar.
~ Merasa dirugikan.
·
Bentuk
penolakan:
~
Tidak
mau membayar zakat, saat ada petugas amil.
~
Mengirim
surat penolakan terang-terangan.
~
Mengepung
Madinah, hendak menyerang madinah.
·
Abu Bakr mengajak
musyawarah sahabat untuk memecahkan permasalahn ini, yang kemudian terjadi perbedaan
pandangan antara Khalifah Abu Bakr dengan Umar bin Khattab tentang penyikapan terhadap orang-orang yang
tidak mau membayar zakat ini.
·
Umar bin Khattab
didukung oleh sebagian besar sahabat berpendapat tidak ada alasan untuk
memerangi mereka, karena mereka telah bersyahadat, sesuai dengan pernyataan
Nabi, “Aku hanya diperintahkan memerangi
orang-orang sampai mereka mengucapkan “Laa Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah”.
·
Sedangkan Abu Bakr
berpendapat bahwa mereka harus diperangi, karena mereka memisahkan antara zakat
dengan perintah Allah yang lain, dan Abu Bakr kuat memegang teguh pendapat
terserbut, dan pada akhirnya sahabat yang lainnya sepakat untuk memerangi
orang-orang yang menolak membayar zakat.
·
Abu Bakr memerintahkan
kepada beberapa pasukannya untuk menaklukkan orang-orang yang tidak mau
membayar zakat, salah satunya adalah pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin
Walid yang dengan sigapnya mampu menaklukkan suku-suku yang menolak membayar
zakat tsb.
·
Dalam perjalanannya
kembali, Khalid menyerang sukunya Malik bin Nauwaihirah, yang dianggap
membangkang zakat, dan dianggap bekerjasama dengan Nabi palsu hendak menyerang
islam. Akhirnya dalam penyergapan ini, sukunya Malik berhasil di kalahkan, dan
Malik sendiri dibunuh oleh Khalid, pembunuhan terhadap Malik bin Nuwaihirah ini
menjadi polemic ditubuh umat islam, karena Khalid pasca membunuh Khalid dia
lalu menikahi istrinya Malik bin Nuwaihirah, si Laila yang cantik sebelum
kering darah suaminya. Ada beberapa informasi yang menunjukkan bahwa sebenarnya
si Malik sebenarnya sudah menyerah, dan bersyahadat, akan tetapi dia tetap
dibunuh, tapi menurut Khalid dia telah membangkang dari islam.
·
Peristiwa inilah yang
membuat Umar bin Khattab, marah, dan meminta Khalifah abu Bakr untuk mencopot
Khalid. Akan tetapi Abu Bakr hanya memamggilnya, menanyakan duduk masalah
secara personal dengan Khalid, dan sehabis itu, ternyata Khalid malah diberikan
mandat memimpin penaklukkan terhadap para pemberontak arab (kaum riddah dan
Nabi Palsu).
·
Umar menanyakan
kebijakan itu, akan tetapi Khalifah Abu Bakr tetap pada kebijakannya untuk
memanfaatkan kemampuan Khalid sebagai pimpinan militer, karena dialah yang dijuluki
syaifullah (pedang Allah), dengan menyatakan “Saya tidak akan menyarungkan pedang Allah yang sudah terhunus untuk
menghancurkan kekafiran”.
7.
Munculnya
kaum-kaum yang murtad (keluar dari islam) dan di tambah dengan munculnya
Nabi-nabi palsu[6].
·
PEMBERONTAKAN
THULAIHAH & PERANG BUZAKHA
~ Siapakah Thulaihah:
o Orang yang mengaku Nabi (sudah memproklamirkan sebelum
Nabi wafat).
o Awalnya dia tinggal di Samira lalu pindah ke Buzakha
lebih strategis.
o Pengikutnya adalah orang-orang dari Suku Tha’i, Ghatafan,
Sulaim, dan bergabung pula kelompok penolak zakat yang telah dikalahkan (Suku
Abes, Dzubyan, dan Bani Bakr)
~
Sebab-sebab
pemberontakan
o
Sebab
Thulaihah memberontak à ingin jadi Nabi seperti Muhammad (prospek jadi Nabi
sangat menguntungkan)
o
Sebab
banyak yang ikut à Budaya kesukuan yang tinggi (pernyataan Uyainah pemimpin
Ghatafan yang menginginkan Nabi dari sukunya sendiri), tingkat rasionalitas
yang rendah.
~
Pengaruh
Thulaihah à kegoncangan politik di Jazirah Arab (internal), membuat
ayat-ayat baru, menolak zakat, dan berusaha menghancurkan pemerintahan di
Madinah.
~
Perang
melawan Thulaihah dipimpin oleh Khalid bin Walid dan menang.
~
Pengaruh
kemenangan Umat islam;
o
Beberapa
suku kembali ke islam.
o
Beberapa
lagi menyatukan diri ke Ummu Zimil/ Salma binti Malik (wanita pemberontak) yang
merupakan bibi Uyainah, motif mengadakan pembalasan atas terbunuhnya suaminya
pimpinan Banu Fazarah saat pertempuran Wadi al-Qurra (muslim dipimpin Zaid bin
Haritsah).
o
Ummu
Zimil adalah budak Aisyah yang kemudian dibebaskan.
o
Namun
pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Khalid bin Walid.
~
Amnesti
Abu Bakar terhadap Thulaihah sebab dia sudah masuk islam.
·
PERANG YAMAMAH
~ Musailamah
ibn Habib sebenarnya berasal dari Banu Hanifah (letaknya didaerah selatan
thaif), dia dijuluki oleh umat islam Musailamah al-Kadzdzab (Musailamah sang
pembohong) karena mengaku dirinya Nabi, namun dia mempunyai pengaruh yang
sangat besar.
~ Muslimin
melawan dengan kekuatan 40 ribu pasukan dibagi menjadi beberapa divisi.
Sedangkan musuh yang dihadapi kekuatannya sekitar 100.000 orang.
~ Divisi
yang dipimpin Ikrimah bin Abi Jahl menyerang dahulu, tapi kalah , lalu diperingatkan
Khalifah. Kemudian kepemimpinan digantikan Khalid bin Walid.
~ Dalam
perang tersebut muslim yang terbunuh kurang lebih 1200 orang, dan diantaranya
banyak penghafal al-Qur’an.
~ Akhirnya
Khalid berhasil memenangkan peperangan dan membunuh Nabi palsu Musailamah ibn
Habib, dan menikahi gadis cantik dari banu yang dikalahkan tersebut.
·
Selain
itu, pasukan-pasukan islam memerangi kaum murtad yang lain, diantaranya: di
Bahrain, Oman dan Muhrah, di Yaman, di Kindah dan Hadramaut.
·
Khalid bin Walid-lah
yang menjadi ujung tombak dalam beberapa penaklukkan kaum murtad
didaerah-daerah tersebut, dan juga sempat menikahi beberapa wanita lagi, sampai
kemudian Abu Bakr memanggilnya untuk memimpin ekspansi ke Persia.
8.
Kebijakan
pengumpulan mushaf al-Qur’an.
·
Dilatarbelakangi
meninggalnya banyak sekali penghafal Qur’an, Umar bin Khattab takut kalau
nantinya semakin sedikit orang-orang yang hafal Qur’an, bahkan jika penghafal
Qur’an semuanya meninggal, padahal al-Qur’an masih tercerai berai umat islam
akan tidak mengenali al-Qur’an secara utuh.
·
Oleh karena itu, dia
memberi masukan kepada Khalifah Abu Bakr untuk mengumpulkan al-Qur’an dan
menjadikannya 1 mushaf.
·
Awalnya Abu Bakr
menolak, karena hal ini tidak pernah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya,
namun dengan pertimbangan kemaslahatan yang diyakinkan oleh Umar, akhirnya Khalifah
abu Bakr menerimanya.
·
Metode pengumpulannya
adalah dengan mengumpulkan semua tulisan al-Qur’an yang tertulis pada lembaran,
kulit hewan, tulang, dll, kemudian menuliskannya pada lembaran dan menyusunnya
secara lebih rapi. Yang menjalankan ini adalah sahabat-sahabat Nabi yang ahli
Qur’an, dan hasilnya diujikan lagi ke para penghafal Qur’an.
·
Pada masa itu mushaf
al-Qur’an jadi, yang kemudian menjadi pijakan untuk membuat mushaf Utsmany pada
masa Khalifah Utsman nantinya.
9.
Kebijakan
Ekspansi ke Persia.
·
Berita
dari al-Mutsanna, bawa dia adalah orang yang mengetahui seluk beluk persia, dan
dia serta sukunya adalah orang-orang yang pemberani, disamping itu kondisi
Persia saat itu dalam kondisi yang lemah, karena terjadi konflik di internal
mereka.
·
Abu
Bakr memberika kebijakan untuk menyerang Persia, dan memanggil Khalid untuk
memimpin pasukan tersebut.
·
Disaat
yang sama Abu Bakr juga memberikan kebijakan penaklukkan wilayah Syam, yang
dipimpin oleh aminul ummah Abu Ubaidah al-Jarrah, dan disertakan pula para
ahli-ahli perang islam, diantaranya Abu Sufyan, Muawiyah bin Abu Sufyan,
Ikrimah, Amr bin Ash, dll.
·
Penaklukkan
yang dilakukan Khalid dibantu oleh jendral lapangan yang kuat seperti
al-Mutsanna, Abu Qa’ Qa’ bin Amr, yang sangat membantu melancarkan serangan dan
membuat islam senantiasa menang, diantaranya:
~
Penyerangan
ke Mahdar.
~ Penyerangan
ke Ulais & Nahru ad-Dain.
~ Hirah
menjadi markas pasukan muslim.
~ Penguasaan
Anbar & Ain Tamar.
~ Penguasaan
Daumah Jandal.
·
Dalam kondisi tenang, Khalid
berhaji secara diam-diam.
·
Karena kondisi
pertarungan dengan Romawi yang sangat alot, maka Khalifah Abu Bakr
memerintahkan kepada Khalid bin Walid, dibantu beberapa jendral lapangannya dan
pasukan kecuali al-Mutsanna untuk membantu pasukan islam lain melawan Romawi.
Dan Khalid harus sampai kesana dalam waktu yang cepat!.
·
Maka di Persia, pasukan
islam hanya dipimpin oleh al-Mutsanna,
dan pasukan yang telah terkurangi.
·
Dalam kondisi yang
seperti itu, pasukan islam diserang oleh pasukan Persia dalam jumlah besar,
yang kemudian islam mengalami kekalahan.
·
Dlam kondisi kekalahan
tsb, pasukan islam akhirnya mundur ke wilayah terluar Persia.
·
Al-Mutsanna lalu datang
ke Medinah, untuk menunjukkan kondisi umat islam, dan meminta bantuan pasukan
kepada Khalifah Abu Bakr.
·
Ternyata ketika itu,
bersamaan dengan sakit, dan wafatnya Abu Bakr, sampai kemudian diganti oleh
Umar. Yang kemudian kebijakan selanjutnya ditangan Umar bin Khattab.
10.
Melawan
Romawi.
·
Setelah menggeser
Romawi dari wilayah terluar di Arab pada perang Mu’tah II yang dipimpin oleh
Usamah bin Zaid.
·
Abu Bakr as-Shiddiq
memerintahkan kepada beberapa sahabat yang dipimpin oleh Abu Ubaidah untuk
melakuka ekspansi ke wilayah Syam (Romawi).
·
Dalam proses perlawanan
dengan Romawi, islam dalam keadaan stagnan, belum ada perkembangan, sampai
kemudian Khalifah menambahkan kekuatan dengan tambahan Khalid bin Walid dan
beberapa pasukannya.
11.
Meninggalnya
Abu Bakr.
·
Khalifah Abu Bakr
memimpin selama 27 bulan.
·
Abu bakar meninggal pada Senin, Jumadil Akhir 13 H (22
Agustus 634 M), akan tetapi dia sudah memilih penggantinya Umar bin Khattab
sebelum meninggal.
·
Dia meninggal
dengan menorehkan karya besar, yakni:
~ Dengan cepat menyatukan kembali Arab kedalam pangkuan
islam.
~ Membangun dasar-dasar imperium Islam, menguatkan arah
pembangunan islam selanjutnya, yakni menyatukan dunia dalam satu visi politik
islam, masyarakat yang thoyyibah.
bagus, ikut share. trmkasih
BalasHapusgak dilanjutin ke utsman dan ali mbak??
BalasHapusJadi, penulisan Al Quran itu tidak diperintahkan Alloh dan nabi,ya......?
BalasHapus